Hey 24 mei yang ke
tujuh.. rasanya sudah selama itu kita tidak dipertemukan oleh kesempatan, ratusan kilometer mungkin salah satu
penyebabnya.. atau mungkin juga berbedanya gaya hidup antara kita..pergaulan
dan kebiasaan mungkin juga yang telah
banyak mengubah kita menjadi pribadi yang tak saling mengenal lagi.. ahh rasanya mustahil untukku
tidak mengenalmu, atau mungkin berpura tak mengenalmu.. hal yang cukup sulit
untukku lakukan saat kita mulai dipertemukan oleh maya.. yah maya.. menemukan
serpihan suka dan duka kita .. walau kita dipertemukan kembali namun tidak
dengan cara yang sama, dibalik itu kau takkan pernah tahu dari seringnyaku
berpura tidak mengingatmu lagi adalah aku cukup lega..emm… tidak, sangat lega
bahkan ..mengetahui keadaanmu baik – baik saja, kau tambah sgalanya dan kau
bahagia.
Ketika kau mencoba menyapaku dengan sapaan seorang yang lebih dewasa dari
hari yang lalu.. kau tak tahu betapa aku harus membuat jari – jariku
berhati-hati saat menanggapi sapaanmu melalui maya ini..pikiran yang harus
selalu berfikir bahwa kau bukan orang yang istimewa lagi bagiku, mata yang
harus selalu aku jaga untuk tak berhenti memandangi pesan singkatmu..berusaha
tidak memperdulikan semua tentang yang kau kabarkan padaku, semua yang kau
tuliskan untuk mengingatkanku tentang dulu.. dan semua itu karena aku tidak
ingin kau tau bahwa aku masih mengingat semuanya, semuanya sebelum 24 mei
dimasa itu. Karena aku khawatir dengan kehidupanmu yang sekarang sudah tertata
rapi dan bahagia akan sdikit terusik karena kau menyapaku, lagi dan lagi.
Akupun juga mulai khawatir dengan kehidupanku yang sekarang, yang mungkin sudah
jauh tertata rapi dari waktu kita pertama bertemu. Untuk itu, akupun tak ingin
terlalu lama mendengarkan cerita – ceritamu, karena yang aku tau pria adalah
orang yang pandai memberi harapan.. namun
yang pria terkadang lupa adalah mereka ingkar dan tak tau bahwa wanita lebih
menginginkan kepastian, bukan harapan.
Aku selalu memohon kepada Tuhan agar kita dijauhkan lebih dari sekarang,
dan nyatanya sekarang kita memang jauh, ratusan kilometer kita terhalang oleh
jarak, namun yang telah kau lakukan sekarang ini, kau menyapaku kembali melalui
maya.. bersua dengan keadaan dan kabar yang berbeda..membuat saling tertarik
untuk saling mendengarkan cerita masing – masing. Tapi semua itu mustahil untuk
membuat kita kembali lagi. Kita sudah saling memiiliki kehidupan masing –
masing, lagipula sulit pula untukku kembali lagi dengan orang yang sudah
menjadi kenangan untukku yah walau orang sederhana sepertimulah yang
sebenarnya aku cari. Dengan pura – puraku slama ini cukup membuatmu sedikit
tertahan untuk banyak bercerita denganku. Aku tidak ingin kita mulai saling
mengenal lagi lebih jauh melalui cerita – cerita itu, sungguh… sebenarnya aku
menginginkanya..tapi aku juga tidak ingin mengubah hidupku yang sudah bahagia
dengan harus memikirkanmu lagi..
Sebuah pelajaran tentang perasaan yang tiba – tiba itu ku dapatkan dari
duka yang pernah kita lalui, sebuah pelajaran memahami dan bersabar itu kudapat
dari suka yang pernah kita lalu, pelajaran tentang saling melengkapi itu
kudapat dari kita yang saling mengingatkan dan memberi. Dan pelajaran tentang
membenci juga memaafkan itu kudapat sejak 24 mei waktu itu, dimana kau berkata
bahwa hari itu adalah hari perpisahan sebelum aku pergi jauh darimu terpisahkan
oleh puluhan kilometer dari tempat kita pertama bertemu. Begitulah aku tau
bagaimana rasanya membenci, dan aku bisa merasa bagaimana memaafkan, memaafkan
disaat aku mampu membalas, tapi aku tak mungkin melakukan hal bodoh itu. Aku
diam, dan tetap belajar dengan hidupku yang baru, hingga saat ini, tanpamu.
Dan selama itu pula aku belum bisa berharap akan sebuah kepastian kepada
orang lain yang jauh lebih baik darimu.
Kau bukanlah orang yang pantas untuk kubenci ataupun harus
kumaafkan, tapi kau adalah pelajaran tentang sesuatu yang pertamakalinya aku
dapatkan, yaitu tentang sesuatu yang muncul secara tiba- tiba dari dalam hati.