“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)

Minggu, 26 Mei 2013

Bagaimana mungkin aku membencimu


Hey 24 mei yang ke tujuh.. rasanya sudah selama itu kita tidak dipertemukan oleh kesempatan, ratusan kilometer mungkin salah satu penyebabnya.. atau mungkin juga berbedanya gaya hidup antara kita..pergaulan dan kebiasaan mungkin juga yang telah banyak mengubah kita menjadi pribadi yang tak saling mengenal lagi.. ahh rasanya mustahil untukku tidak mengenalmu, atau mungkin berpura tak mengenalmu.. hal yang cukup sulit untukku lakukan saat kita mulai dipertemukan oleh maya.. yah maya.. menemukan serpihan suka dan duka kita .. walau kita dipertemukan kembali namun tidak dengan cara yang sama, dibalik itu kau takkan pernah tahu dari seringnyaku berpura tidak mengingatmu lagi adalah aku cukup lega..emm… tidak, sangat lega bahkan ..mengetahui keadaanmu baik – baik saja, kau tambah sgalanya dan kau bahagia.

Ketika kau mencoba menyapaku dengan sapaan seorang yang lebih dewasa dari hari yang lalu.. kau tak tahu betapa aku harus membuat jari – jariku berhati-hati saat menanggapi sapaanmu melalui maya ini..pikiran yang harus selalu berfikir bahwa kau bukan orang yang istimewa lagi bagiku, mata yang harus selalu aku jaga untuk tak berhenti memandangi pesan singkatmu..berusaha tidak memperdulikan semua tentang yang kau kabarkan padaku, semua yang kau tuliskan untuk mengingatkanku tentang dulu.. dan semua itu karena aku tidak ingin kau tau bahwa aku masih mengingat semuanya, semuanya sebelum 24 mei dimasa itu. Karena aku khawatir dengan kehidupanmu yang sekarang sudah tertata rapi dan bahagia akan sdikit terusik karena kau menyapaku, lagi dan lagi. Akupun juga mulai khawatir dengan kehidupanku yang sekarang, yang mungkin sudah jauh tertata rapi dari waktu kita pertama bertemu. Untuk itu, akupun tak ingin terlalu lama mendengarkan cerita – ceritamu, karena yang aku tau pria adalah orang yang pandai memberi harapan.. namun yang pria terkadang lupa adalah mereka ingkar dan tak tau bahwa wanita lebih menginginkan kepastian, bukan harapan.
 
Aku selalu memohon kepada Tuhan agar kita dijauhkan lebih dari sekarang, dan nyatanya sekarang kita memang jauh, ratusan kilometer kita terhalang oleh jarak, namun yang telah kau lakukan sekarang ini, kau menyapaku kembali melalui maya.. bersua dengan keadaan dan kabar yang berbeda..membuat saling tertarik untuk saling mendengarkan cerita masing – masing. Tapi semua itu mustahil untuk membuat kita kembali lagi. Kita sudah saling memiiliki kehidupan masing – masing, lagipula sulit pula untukku kembali lagi dengan orang yang sudah menjadi kenangan  untukku yah walau orang sederhana sepertimulah yang sebenarnya aku cari. Dengan pura – puraku slama ini cukup membuatmu sedikit tertahan untuk banyak bercerita denganku. Aku tidak ingin kita mulai saling mengenal lagi lebih jauh melalui cerita – cerita itu, sungguh… sebenarnya aku menginginkanya..tapi aku juga tidak ingin mengubah hidupku yang sudah bahagia dengan harus memikirkanmu lagi.. 

Sebuah pelajaran tentang perasaan yang tiba – tiba itu ku dapatkan dari duka yang pernah kita lalui, sebuah pelajaran memahami dan bersabar itu kudapat dari suka yang pernah kita lalu, pelajaran tentang saling melengkapi itu kudapat dari kita yang saling mengingatkan dan memberi. Dan pelajaran tentang membenci juga memaafkan itu kudapat sejak 24 mei waktu itu, dimana kau berkata bahwa hari itu adalah hari perpisahan sebelum aku pergi jauh darimu terpisahkan oleh puluhan kilometer dari tempat kita pertama bertemu. Begitulah aku tau bagaimana rasanya membenci, dan aku bisa merasa bagaimana memaafkan, memaafkan disaat aku mampu membalas, tapi aku tak mungkin melakukan hal bodoh itu. Aku diam, dan tetap belajar dengan hidupku yang baru, hingga saat ini, tanpamu.  Dan selama itu pula aku belum bisa berharap akan sebuah kepastian kepada orang lain yang jauh lebih baik darimu.

Kau  bukanlah orang yang pantas untuk kubenci ataupun harus kumaafkan, tapi kau adalah pelajaran tentang sesuatu yang pertamakalinya aku dapatkan, yaitu tentang sesuatu yang muncul secara tiba- tiba dari dalam hati.