“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)

Minggu, 17 Oktober 2010

Nisa dan Pak Guru

Sore itu, saat aku dan teman-teman baruku keluar dari kampus, tiba-tiba aku dikagetkan dengan kejadian yang menarik perhatian banyak orang. Sebuah bus mini berwarna orange menabrak seorang perempuan yang tak lain ternyata dia adalah teman dekatku sewaktu SMA. Hingga menunggu keluarganya datang ke rumah sakit aku menunggu Nisa di ruang UGD, ya, Nisa namanya. Dia sempat merintih kesakitan, namun tak berapa lama kemudian dia berhenti merintih, ya mungkin karena dokter memberikan obat bius / obat anti sakit padanya. Sampai saat keluarganya datang Qpun berpamitan pulang karena sudah malam.

Yang ku ingat jelas dan menjadi kenangan yang tak terlupakan adalah dia sahabatku yang pada SMAnya dia adalah siswi berprestasi di bidang / diprogram sekolahnya. Dia adalah sosok siswi yang gemar menulis. Tulisannya pun sudah dimuat diberbagai media cetak. Ya, kadang-kadang pula aku mengikuti jejaknya sebagai seorang penulis, walau tak semua karya ku dimuat tapi tak mengapalah….yang terpenting adalah aku sudah belajar hingga ahir tahun kami SMA. Kami menyelesaikan tugas kelompok kami yang akan kami kirim ke Semarang guna mengikuti lomba karya tulis Ilmiah Remaja Tingkat Nasional yang mewakili tingkat kecamatan. Disitu kami dibimbing oleh guru kita sendiri yang pada awalnya beliau adalah guru muda yang baru diterima PNS dan mengajar di SMA kami, beliau adalah sosok guru yang berprestasi pada masa pendidikannya. Siswi mana yang tak tertarik dengan sosok pemuda yang berprestasi mapan pula, apalagi kabarnya beliau hanya memiliki selisih umur 4 tahun saja dengan kami-kami siswa siswi kelas 3 SMA.

Aku sih tertarik, tapi tak begitu menarik karena…yah…tak mungkin dan tak pantaslah seorang siswi naksir gurunya he he hanya saja ternyata sahabatku Nisa diam-diam sepertinya menyimpan perasaan gimana gitu kepada Pak Adi, ya,,,Pak Adi namanya. Aku, Nisa dan satu temanku lagi yaitu Hafidz adalah satu tim penulisan karya tulis Ilmiah Remaja Tingkat Nasional yang selama 2 bulan mengadakan penelitian tentang hal yang kami angkat dalam karya tulis kami yang dibimbing oleh Bapak Adi tersebut. Sudah bisa dibayangkanlah…2 bulan kami selalu berkoordinasi dan sampai-sampai sahabatku, Nisa dikabarkan teman-teman memiliki hubungan khusus dengan Pak Adi. Ya, memang dari kami bertiga yang paling aktif dalam mengerjakan karya tulis ilmiah remaja ini adalah Nisa. Sampai kami pun menyelesaikan tugas tersebut Nisa masih saja dikabarkan kabar-kabar miring tersebut. Awalnya Nisa memang tak menghiraukan, tapi lama kelamaan dia merasa terganggu dengan kabar tersebut. Hingga pada akhirnya dia bercerita kepadaku, tepat 2 hari sebelum ujian Nasional, dia bercerita kepadaku bahwa diapun termakan oleh perkataan teman-temannya. Ya…itu yang aku takutkan terjadi kepadanya. Dia menyimpan perasaan pada Pak Adi. Ya Tuhan…dia bingung hingga seringali dia menghindar bertemu dengan Pak Adi. Sepertinya Nisa memiliki pertentangan pada batinnya, dia memiliki rasa pada gurunya, disisi lain murid tidak pantas / tidak sopan menyenangi gurunya. Sampai pada saat pengumuman, Pak Adi menunjukkan perhatiannya kepada Nisa, namun melalui diriku, Pak Adi bertanya padaku gimana nilai Nisa ca? (panggilanku). Owh, saya belum tau pak, karena saya belum bertemu dengan Nisa. Begitu jawabku dan sempat aku berpikir.

Ya Tuhan adakah juga rasa dari Pak Adi untuk sahabatku Nisa? Namun akupun berharap itu langkah bentuk perhatian seorang guru kepada seorang murid.

Karena aku khawatir selepas Nisa keluar dari SMA dia dicap siswa yang punya hubungan dengan gurunya. Oh My Good…..

Namun kenyataannya berbeda, saat Qbercerita pada Nisa bahwa Pak Adi menanyakannya, sungguh dia senang sekali…sampai pada saat ini, kami telah menginjak bangku kuliah semester I, Q tak tau apakah benar mereka sama-sama suka, atau sudah berhenti sampai di akhir sekolah SMA saja.

Pagi ini karena aku tak ada jam kuliah akupun berniat menjenguk Nisa di rumah sakit karena semalam dia habis menjalani operasi tulang tangannya yang patah karena kecelakaan 2 hari yang lalu. Sesampainya ku di depan kamar rawat Nisa, sungguh ini adalah saat-saat paling mengejutkanku slama aku bersahabat dengan Nisa. Aku melihat pemuda duduk disamping Nisa berbaring, dan setelah kutatap dengan jelas, sungguh tak pernah ku sangka! Bahwa yang b’ada duduk disamping Nisa tersebut adalah bapak guru kami sewaktu SMA, Pak Adi. Saat itulah segala tentang mereka kuketahui dengan jelas….dan ….

Bersambung..